Kabar kematian Hanifah binti Sarofah (25), yang telah bekerja selama 4 tahun di sebuah distrik di Kota Amman, Yordania, hingga kini masih dilacak keluarga melalui Deplu RI di Jakarta.
"Sebagai anak kedua, Hanifah berubah menjadi tiang keluarga. Apalagi, kedua adiknya memerlukan biaya sekolah. Sedangkan kedua orangtuanya sakit-sakitan tak bisa bekerja,” kisah Sekretaris Desa Banyupeleh, Samsul Abdullah, ketika dihubungi wartawan, Rabu (14/10/2008).
Nasib Hanifah makin terpuruk, setelah suaminya kabur tanpa berita. Dua tahun setelah suaminya kabur, Hanifah menetapkan diri berangkat menjadi TKW. Lewat seorang agen TKW di Jakarta, Hanifah akhirnya bekerja menjadi PRT di Kota Amman.
Tahun-tahun pertama bekerja di Amman, Hanifah sempat mengirim uang kepada keluarganya di Banyupeleh. Hanifah juga sering mengontak keluarganya via telepon. Bahkan, selama dua tahun bekerja, Hanifah mampu menyokong ekonomi keluarganya.
“Masuk tahun ketiga, Hanifah berubah. Hanifah jarang mengontak keluarganya. Hanifah juga tak lagi mengirim uang kepada orangtuanya. Tampaknya, Hanifah pindah kerja ke majikan yang baru,” papar Samsul.
Sejak itulah, kata Samsul, nasib Hanifah makin misterius. Belakangan, ada kabar Hanifah meninggal dunia. Sampai sekarang belum diketahui penyebab kematian Hanifah.
“Keluarganya kini meminta tolong kepada Pak Ajum Musafa yang berhasil memulangkan mayat Sainyah yang tewas di Damaskus,” jelas Samsul, mengakhiri pembicaraan. (bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini