Mengenai makna kirab ngarak siwur sendiri, Sudirjo mengatakan kirab tersebut selalu dilaksanakan menjelang nguras enceh (gentong) yang jatuh pada pasaran Kliwon saat bulan Suro. Seperti halnya, jika pasaran Kliwon jatuh di hari Jumat, maka hari Kamis Wage akan dilaksanakan kirab, dan jika pasaran Kliwon tidak jatuh hari Jumat, maka mengambil hari Selasa Kliwon dan kirabnya dilaksanakan Senin Wage.
![]() |
Sedangkan siwur adalah gayung yang terdiri atas tiga bagian, yakni tempurung kelapa, tangkai dari sebilah kayu, dan kancing atau perekat.
![]() |
Sudirjo menambahkan, selain melestarikan budaya Jawa, kirab tersebut bermaksud sebagai tontonan kepada masyarakat. Harapannya, generasi muda dapat mengenal budaya Jawa.
"Dengan dikirabkan, ini adalah suatu tontonan untuk masyarakat, tapi tontonan ini ada tatanannya, sehingga menjadi tuntunan masyarakat, khususnya generasi muda agar tahu budaya Jawa yang adiluhung itu," ujarnya.
(sip/sip)