Dengan mengenakan pakaian adat jawa, warga keliling desa sambil membawa tenong. Di dalamnya, berisi hasil bumi seperti timun, jeruk, sawo, pisang. Selain itu juga ada jajanan pasar, seperti serabi, jipang, kerupuk dan jajanan pasar lainnya.
Di antara ratusan tenong, terdapat dua gunungan besar yang berisi buah dan sayuran-sayuran. Hasil bumi dan jajanan pasar ini kemudian dinikmati beresama-sama setelah dibacakan doa.
Foto: Uje Hartono/detikcom |
Pemuka agama Islam di Dusun Pucung Pandak, Ratno Khotibul Umam mengatakan, tradisi ini rutin dilakukan setiap tahunnya. Menurutnya, tradisi Suran sebagai bentuk harmonisasi antar umat beragama terutama di tempat tinggalnya.
Baca juga: Pusaka Jokowi Ikut Kirab 1001 Keris di Solo |
"Di Dusun Pucung Pandak ini memang ada dua agama yang hidup berdampingan. Dan dari dulu belum pernah ada konflik apapun. Hal ini yang harus tetap dijaga," tuturnya usai gelaran Hemerti Kitri, Minggu (15/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Uje Hartono/detikcom |
"Sebagai rasa syukur atas limpahan rizki, serta kesalamatan warga di Dusun Pucung Pandak," kata dia.
Pemuka agama Katholik Dusun Pucung Pandak, Setia Budi Hertoyo mengatakan, tradisi Suran ini salah satu kegiatan yang bisa digelar bersama antar dua umat beragama di Dusun Pandak.
"Kalau saat perayaan Natal, atau Idul Adha biasanya hanya sebagian warga. Tetapi pada perinngatan ini, semua warga bersama-sama ikut menggelar tradisi ini," ujarnya.
Simak juga video "Cara Unik Polres Purworejo Sampaikan Pesan Damai untuk Papua":
(bgk/bgs)












































Foto: Uje Hartono/detikcom
Foto: Uje Hartono/detikcom