Adegan Sadis Ibu Hajar Anak Kandung hingga Tewas Direkonstruksi

Adegan Sadis Ibu Hajar Anak Kandung hingga Tewas Direkonstruksi

Ragil Ajiyanto - detikNews
Selasa, 13 Agu 2019 14:09 WIB
Rekonstruksi kasus penganiayaan anak kandung hingga tewas di Boyolali. (Ragil Ajiyanto/detikcom)
Boyolali - Polres Boyolali menggelar rekonstruksi kasus penganiayaan seorang ibu kepada anak kandung hingga tewas. Tersangka Siti Wakidah (30) memperagakan 23 adegan.

"Ya tadi kita peragakan 23 adegan yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban," kata Kapolres Boyolali AKBP Kusumo Wahyu Bintoro kepada para wartawan setelah menyaksikan rekonstruksi di Desa Tanduk, Kecamatan Ampel, Boyolali, Selasa (13/8/2019).

Reka ulang dilaksanakan di rumah yang ditempati tersangka bersama keluarganya tersebut di Dukuh Tanduk, Desa Tanduk, Kecamatan Ampel. Rekonstruksi itu pun menjadi perhatian puluhan warga dan dijaga aparat dari Polres dan Kodim Boyolali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tersangka Siti Wakidah atau Ida memperagakan aksinya saat menganiaya anaknya, F (6). Mulai dari ketika mencubiti korban yang terjadi pada Senin (8/7) hingga berlanjut pada hari-hari berikutnya. Hingga akhirnya Ida menganiaya dan membenturkan kepala korban ke lemari pada Rabu (10/7) malam.

Akibat penganiayaan ini, korban meninggal pada Kamis (11/7) siang.

Rekonstruksi juga melibatkan warga sekitar yang menjadi saksi. Para saksi terdiri atas tetangga yang diberi tahu Ida tentang kondisi anaknya yang sakit.

Setelah mendapat kabar tersebut, warga menengok korban dan ternyata mendapatinya sudah meninggal dunia. Saksi lainnya adalah warga yang hendak menyucikan jasad korban. Adegan terakhir dalam rekonstruksi tersebut adalah ketika warga membopong korban untuk dimandikan.


Rekonstruksi kasus yang sempat menggemparkan Boyolali ini juga dihadiri oleh jaksa penuntut umum serta penasihat hukum tersangka.

Bahkan Kajari Boyolali, Prihatin, dan Dandim 0724/Boyolali Letkol Kav Herman Taryaman juga ikut menyaksikan secara langsung jalannya kegiatan ini.

"Tujuan rekonstruksi ini bagaimana memperjelas apa-apa yang sudah dilakukan oleh pelaku, kemudian apa-apa yang sudah dialami oleh korban. Kemudian luka-lukanya sesuai dengan visum itu di mana saja, itu kan harus sinkron. Jadi ini untuk mensinkronkan antara visum dan keterangan-keterangan dari pelaku," jelas Kusumo.


Kusumo mengungkap hasil autopsi menunjukkan korban yang masih berusia 6 tahun meninggal dunia akibat pendarahan di kepala dan luka di perut.

"Memang pendarahan itu tidak langsung efeknya, malam pendarahan baru besoknya meninggal," kata Kusumo.

Motif di balik tindak kekerasan tersebut diduga kekesalan Ida terhadap anaknya yang rewel.

"Motifnya, ya sebagai orang tua kandung mungkin merasa kesal. Juga karena kondisi ekonominya memang taraf kehidupannya kurang," imbuh dia.


Diberitakan sebelumnya, Ida sempat mengaku kepada para tetangganya bahwa anaknya, F, meninggal dunia pada Kamis (11/8) karena sakit. F dimakamkan pada sore harinya di kampung halaman Ida, Desa Cukilan, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.

Kasus penganiayaan yang berujung kematian ini akhirnya terungkap setelah petugas Polsek Ampel mendapat informasi kematian seorang anak yang diduga tidak wajar. Berkoordinasi dengan Polres Boyolali, polisi kemudian menyelidiki dugaan tersebut.

Polres Boyolali bersama Bid Dokkes Polda Jateng kemudian membongkar makam F dan mengautopsi jenazahnya.

Hasil autopsi menunjukkan ada banyak luka bekas kekerasan pada tubuh anak kecil tersebut. Orang tua korban saat itu langsung diamankan ke Mapolres Boyolali. Ayah F, IS, akhirnya dinyatakan tidak terlibat karena saat malam kejadian dia tidak berada di rumah. (sip/sip)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads