Upacara dipimpin oleh Ida Pedanda Gede Duaja Kemuku selaku pemimpin upacara/Sulinggih. Hadir juga Wakil Ketua Sabawalaka Parisade Pusat yang merangap Ketua Parisade Bali, Gede Rudia Adiputra.
"Upacara ini merupakan ritual memantapkan kembali berdirinya pura sebagai tempat suci agama Hindu. Upacara ini dilakukan karena sudah banyak dibuat bangunan baru di area pura yang perlu kita sucikan lagi," kata Ketua Panitia Upacara Memungkah Ngenteg Linggih Padudusan Wraspati Kalpa di Pura Widya Dharma, I Wayan Ordiyasa di sela upacara, Sabtu (18/5/2019) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Upacara Memungkah Ngenteg Linggih Padudusan Wraspati Kalpa di Pura Widya Dharma Dero. Foto: Ristu Hanafi/detikcom |
Pengarah Kesenian Pura Widya Dharma, I Wayan Senen menambahkan dalam ritual melibatkan kesenian musik dan tari seperti tarian rejang dewa.
Sebagai bentuk akulturasi budaya, berbagai seni musik yang ditampilkan sebagai pengiring ritual tidak semua berasal dari Bali. Tapi juga dicampur dengan Jawa.
"Kami umat Hindu di DIY karena tinggal di sini tentu ingin membaur dengan budaya lokal. Kami selalu menampilkan Jawa dan Bali sebagai bentuk penghargaan kepada budaya lokal," ujarnya.
Upacara Memungkah Ngenteg Linggih Padudusan Wraspati Kalpa di Pura Widya Dharma Dero. Foto: Ristu Hanafi/detikcom |
Wakil Ketua Sabawalaka Parisade Pusat yang merangkap Ketua Parisade Badung, Bali, Gede Rudia Adiputra mengatakan, upacara ini dilakukan secara periodik, dari satu generasi ke generasi berikutnya.
"Untuk kembali memperkokoh hubungan pura dengan Tuhan, fisik pura diperbaiki, direnovasi. Secara non fisik, spiritual, ada aliran energi positif. Upacara ini rata-rata dilakukan 20-30 tahun sekali," jelasnya. (sip/sip)












































Upacara Memungkah Ngenteg Linggih Padudusan Wraspati Kalpa di Pura Widya Dharma Dero. Foto: Ristu Hanafi/detikcom
Upacara Memungkah Ngenteg Linggih Padudusan Wraspati Kalpa di Pura Widya Dharma Dero. Foto: Ristu Hanafi/detikcom