"Benar, sekitar 21 hektare lahan terendam (air pasang). Kalau airnya tidak segera surut ya kemungkinan gagal panen," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul, Pulung Hariyadi, saat dihubungi wartawan, Jumat (3/8/2018).
Menurutnya, Dinas Pertanian sudah berupaya mengalirkan air pasang yang tersumbat wedi kengser di Muara Sungai Opak tersebut. Caranya dengan mengerak muara dengan 2 backhoe untuk membuat sudetan agar mengalirkan air pasang ke Laut Selatan.
Terkait fenomena air pasang ini. lanjut Pulung, sebenarnya adalah fenomena biasa yang kerap terjadi di Pantai Selatan. Namun tahun ini gelombang pasang terjadi di luar prediksi, sehingga lahan pertanian warga di dekat pantai terdampak luapan.
"Kalau biasanya gelombang tinggi terjadi di bulan September, waktu musim panen selesai. Tapi tahun ini gelombangnya datang lebih cepat saat petani belum sempat memanen hasil pertanian," ungkapnya.
Salah seorang petani bawang merah, Lawan, menjelaskan bahwa air pasang yang menerjang lahan pertanian warga kali ini tergolong parah. Pasalnya ketinggian genangan air di sawah-sawah warga menyentuh dada orang dewasa.
"Tanaman yang pohon cabai sudah terendam. Sebenarnya saya sudah mencoba mencegah air agar tidak merendam bawang merah, caranya dengan menyedot air memakai pompa, tapi ya enggak tahu efektif apa enggak," pungkas dia. (bgs/bgs)