Lalu apa rahasia penampilan mereka di balik keterbatasan sang penari?
Ternyata kuncinya ada di sosok penata tari, Mulyani.
Pandangan 20 penari tuna rungu seakan tidak lepas dari Mulyani yang duduk di depan mereka saat pertunjukkan tari berlangsung. Meski sesekali pandangan di lempar ke arah penonton, namun mereka langsung kembali melihat gerakan tangan Mulyani untuk melihat kode-kode tertentu yang telah disepakati sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka mempunyai kemampuan menghafal gerakan yang tinggi bahkan melebihi saya. Sehingga, hanya cukup diberi kode agar gerakan dengan ketukan musik sesuai," terang Mulyani, Senin (31/7/2017).
Hanya saja untuk gerakan yang dilakukan bergantian, para penari tuna rungu ini diberikan kode khusus. salah satunya dengan hitungan, sehingga tidak terjadi tabrakan antara penari satu dengan penari lainnya.
"Misalnya, penari yang berada di depan menunggu aba-aba. Karena dia tidak tahu gerakan penari yang di belakang sudah selesai atau belum," jelasnya.
Dalam pertunjukkan tari yang diikuti 20 penari tuna rungu ini mementaskan tarian dengan judul Tunggal Laras di sekolah Dena Upakara Kabupaten Wonosobo.
Salah satu penari tuna rungu Reza mengaku senang bisa menjadi bagian dari pementasan tari Tunggal Laras. Dalam pementasan ini, ia mengaku tidak kesulitan, meski tidak mendengarkan musik yang mengiringinya menari.
"Saya sudah sejak 2013 belajar menari," ujar Reza dengan didampingi gurunya. (sip/sip)











































