Agus bukanlah warga di desa tersebut. Namun ia diketahui pernah bekerja di dekat tempat ia gantung diri tepatnya di Dukuh Kuwut, Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Jumat (28/7).
"Saksi Haryanto saat keluar ke samping rumah kaget melihat ada orang gantung diri. Dia langsung melapor kepada Ketua RT. Tim Polsek Sambirejo kemudian datang dan membawa jenazah ke puskesmas untuk diperiksa," kata Kapolres Sragen, AKBP Arif Budiman saat dihubungi detikcom, Sabtu (29/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fakta tersebut terungkap ketika istri Agus, Sri Puji Astuti, ditemukan terkapar di hutan karet kawasan Dukuh Bahak, Mojorejo, Kedawung, sekitar pukul 14.30 WIB, Jumat (28/7). Ia ditemukan oleh dua orang murid SMP yang kebetulan lewat di lokasi tersebut.
Petugas Polsek Kedawung kemudian mendatangi lokasi. Sri Puji Astuti pun segera dilarikan ke RSUD Soehadi Prijonegoro untuk dirawat.
"Korban terluka parah di bagian pelipis, muka dan mulut. Kami temukan linggis berlumur darah di dekat korban. Pengakuan korban memang benar dia dianiaya suaminya," ungkap Kapolres.
Penderitaan Tutik, sapaan korban, tak berhenti di situ. Dia harus kehilangan bayi yang ia kandung. Pada malam harinya, tim medis melakukan operasi caesar untuk menyelamatkan bayinya. Namun nyawa bayi Tutik tak berhasil diselamatkan.
Hingga saat ini, Tutik masih harus dirawta di rumah sakit. Polisi belum dapat melakukan pemeriksaan lebih mendalam.
"Kami menunggu kondisinya (Tutik) membaik dulu," pungkasnya. (sip/sip)











































