"Pohon pisang ini adalah bagian dari protes kami karena jalanan rusak. Padahal ini akses utama perlintasan dari Pangleseran ke Jampang Tengah," kata Suryaman (49), tokoh masyarakat setempat, di lokasi, Kamis (29/3/2018).
Suryaman menyebut perbaikan tidak kunjung dilakukan sejak 2012. Kalau pun ada perbaikan, sambung dia, hanya sebatas tambal sulam yang tidak merubah kondisi jalan dan hanya bertahan sebentar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendaraan dengan tonase puluhan ton menjadi penyumbang paling besar kerusakan jalan di tempat tersebut. Jika ada upaya perbaikan, dia berharap menggunakan betonisasi.
"Kami berharap jalanan ini di beton, masa jalan status propinsi tapi kualitasnya seperti ini. Pengaspalan bukan solusi, karena berat kendaraan yang melintas khususnya truk besar mencapai puluhan ton," ucapnya.
"Kalau jalanan baik kualitasnya tidak hanya membuat masyarakat senang, tapi juga pengusaha perusahaan angkutan truk tidak lagi diprotes warga karena dianggap menjadi sumber utama kerusakan," tutur Suryaman.
Kekesalan senada diungkap Ruslan. Pria yang sehari-harinya bekerja sebagai sopir angkot ini mengeluh kendaraannya sering mengalami kerusakan akibat lubang jalan.
"Kondisi jalan membuat saya sering bolak-balik bengkel, selalu ada saja kerusakan. Pernah ban angkot robek gara-gara lubang besar, ini mending kemarau kalau sudah hujan semua lubang tidak terlihat karena tertutup air," ucap Ruslan. (bbn/bbn)











































