CRIME STORY
Bersenjata pistol, kawanan perampok nekat beraksi di pagi hari. Toko emas di pasar-pasar menjadi target utama mereka.
Ilustrasi: Edi Wahyono
Selasa, 16 Februari 2016“Dor, dor, dor....” Enam lelaki itu melepaskan tembakan ke udara begitu turun dari tiga sepeda motor di area Pasar Sikanco, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu, 25 November 2015. Sontak para pedagang dan pengunjung pasar pada pagi hari itu panik. Mereka berhamburan tak tentu arah, menjauhi sumber suara letusan. Bak para koboi dalam film Hollywood, keenam lelaki dengan pistol di tangan itu leluasa melangkah ke arah toko emas Naga Emas Putri milik Anang. Wajah mereka tak terlihat jelas karena masih mengenakan helm.
Melihat mereka datang tiba-tiba dengan pistol-pistol terkokang, para pelayan yang belum tuntas benar menata toko itu terkesiap. Tak ada yang berani berkutik. Tanpa menimbulkan kegaduhan, para perampok itu secepat kilat memindahkan beragam perhiasan di etalase ke dalam ransel. Tak sampai lima menit, keenam perampok itu keluar dari toko. Sembari tetap mengacung-acungkan pistol, mereka menuju toko emas Adil dan Bintang milik Yusuf Rojabi, yang cuma beberapa langkah dari toko Naga Emas Putri.
Ketika Sumardi, yang tengah berjaga di toko, berupaya melawan, pistol milik satu dari enam kawanan itu sontak menyalak. “Dorrr….” Sumardi terhuyung dan roboh ke lantai. Ia mengerang kesakitan sambil memegangi pinggang kanan yang mengucurkan darah segar. Selebihnya, Sumardi tak kuasa lagi mencegah para perampok menjarah semua perhiasan di etalase dengan leluasa. Begitu isi etalase tandas, mereka keluar dari toko sambil menodongkan pistol ke arah para pedagang dan pengunjung yang terlihat shock.
Sumardi terkapar ditembak perampok.
“Kejadiannya seperti di film-film. Saat itu pasar lagi ramai. Tidak ada yang berani mendekat. Mereka bawa pistol,” Anang menceritakan kembali peristiwa perampokan itu kepada detikX, pertengahan Januari lalu.
Ia mengaku sekitar 790 gram perhiasan di tokonya ludes digasak para perampok itu. Sedangkan dari toko Adil dan Bintang, mereka menggondol sekitar 200 gram perhiasan emas. Total kerugian mencapai Rp 200 juta.
Kejadiannya seperti di film-film. Saat itu pasar lagi ramai. Tidak ada yang berani mendekat. Mereka bawa pistol."
Setelah menggasak emas di dua toko, keenam perampok kabur mengendarai sepeda motor, salah satunya Yamaha Jupiter bernomor polisi R-5381-EL. Saat melintas di depan kantor BRI Unit Danasri di ujung pasar, kawanan perampok itu kembali meletuskan dua tembakan. Kali ini korbannya dua petugas satpam, Muslimin dan Suyitno. Masing-masing mengalami luka tembak di kaki kiri dan kaki kanan.
Pascaperampokan itu, beberapa pedagang, khususnya toko emas, tak berjualan. Mereka sepertinya trauma terhadap perampokan tersebut. “Kami sempat takut mereka akan beraksi lagi. La waktu itu kan pasar lagi ramai, mereka nekat merampok,” kata Samikun, pemilik toko emas.
Dua personel satpam BRI ambruk diterjang timah panas.
Sekitar 5 kilometer dari lokasi kejadian, para perampok itu pindah ke mobil Toyota Avanza yang mereka sewa. Sementara itu, tiga sepeda motor curian yang digunakan untuk merampok ditinggalkan begitu saja. Dengan Avanza, komplotan ini tancap gas menuju arah Banjarnegara, Jawa Tengah.
Kepolisian Resor Cilacap, yang menerima laporan perampokan itu dari Anang dan Yusuf, lantas berkoordinasi dengan Kepolisian Daerah Jawa Tengah.
Tim Kejahatan dengan Kekerasan yang dipimpin Direktur Kriminal Umum Polda Jawa Tengah Komisaris Besar Gagas Nugraha segera melakukan olah data di tempat kejadian perkara. Sejumlah selongsong peluru dikumpulkan dari lokasi dan dua sepeda motor yang dipakai pelaku ditemukan kemudian di Banyumas.
Setelah menggasak toko emas, para perampok kabur dengan sepeda motor.
“Sepeda motor itu hasil curian di Kebumen," kata Gagas kepada detikX. Dari hasil penyelidikan, teridentifikasi bahwa kawanan perampok ini adalah perampok spesialis toko emas yang dipimpin Mudakir alias Warso, 37 tahun. Komplotan ini sudah lama beroperasi di wilayah Jawa Tengah. Mereka biasa beraksi menggunakan senjata api dan sering menembak korbannya bila melawan.
Mereka biasa beraksi menggunakan senjata api dan sering menembak korbannya bila melawan."
Mudakir tercatat sebagai warga Desa Temuan Jaya RT 02 RW 03, Kecamatan Muara Kelinci, Kabupaten Muara Musi Rawas, Sumatera Selatan. Sedangkan pengemudi Avanza teridentifikasi bernama Fajar Wiyoto, 34 tahun, warga Kampung Dawis Domba RT 03 RW 05 Kelurahan Ketawangrejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Dari catatan polisi, Mudakir sudah melakukan perampokan di berbagai tempat, seperti di Pasar Semin di Gunung Kidul, Yogyakarta; Pasar Kejobong, di Purbalingga dan Pasar Grabag di Purworejo, Jawa Tengah; Ponorogo, Jawa Timur; toko emas di Kalimantan; dan perampokan di Bank BRI Purworejo. Polisi mencokok Mudakir dan kawan-kawan pada 8 Januari 2016 di daerah Blora, Jawa Tengah.
“Saat itu mereka sedang merencanakan aksi berikutnya di daerah Purwodadi. Targetnya sama, toko emas,” kata Gagas.
Gembong perampok toko emas tewas ditembak polisi di Blora. Pasar di Purwodadi menjadi target perampokan berikutnya.
Ilustrasi: Edi Wahyono
Selasa, 16 Februari 2016Lima lelaki itu duduk meriung di ruang tamu Warso Edi Santoso, 38 tahun, Ketua RT 3 Dukuh Klumpit, Desa Pelemsemir, Kecamatan Todanan, Blora, Jawa Tengah. Materi pembicaraan yang dikendalikan Mudakir itu teramat serius. Bukan soal rencana kerja bakti, melainkan target toko emas yang layak mereka rampok. Pada saat yang sama, Jumat, 8 Januari lalu, sekelompok polisi berpakaian preman tengah mengepung rumah itu.
Sekitar dua bulan lamanya jajaran kepolisian di Jawa Tengah melacak jejak Mudakir. Tapi baru pada awal Januari polisi mengendus keberadaannya. Tim Kejahatan dengan Kekerasan (Jatanras) Kepolisian Daerah Jawa Tengah yang dipimpin Direktur Kriminal Umum Komisaris Besar Gagas Nugraha mendapat informasi bahwa pentolan perampok emas di Cilacap, Jawa Tengah, itu memasuki wilayah Blora. Mudakir menginap di rumah Warso, yang baru dikenalnya di sebuah warung.
Polisi meringkus kawanan perampok di Blora, Jawa Tengah.
Begitu yakin orang-orang di dalam rumah adalah Mudakir dkk, yang menjadi target operasi, polisi langsung menggerebek mereka. “Karena melawan dan mengancam keselamatan petugas, Mudakir terpaksa kami lumpuhkan,” kata Gagas kepada detikX.
Mudakir memiliki jimat, yang biasa diselipkan di dompet, berupa bungkusan kecil merah serta botol kecil berisi cairan."
Dari kartu tanda pengenal, Mudakir adalah warga Desa Temuan Jaya RT 02 RW 03, Kecamatan Muara Kelinci, Kabupaten Muara Musi Rawas, Sumatera Selatan. Dia dikenal sebagai residivis rampok spesialis toko emas. Selain di Jawa, Mudakir pernah merampok toko emas di beberapa tempat di Kalimantan. Dalam setiap aksinya, dia tak segan-segan memuntahkan peluru terhadap siapa saja yang dianggap menghalanginya.
Berdasarkan kesaksian anggota komplotan perampok itu, Mudakir memiliki jimat, yang biasa diselipkan di dompet. Jimat yang dimaksud adalah bungkusan kecil merah serta botol kecil berisi cairan. Apes, ketika polisi menyergapnya, dompet berisi jimat itu tertinggal di kamar. Mudakir pun tak kebal lagi. Ketika berusaha melawan polisi, ia langsung tersungkur ditembus timah panas. “Jimat, pistol rakitan dan peluru, berikut sepeda motor pelaku kami sita,” kata Gagas.
Mudakir tewas setelah ditembak polisi karena melawan saat ditangkap.
Total barang bukti yang diamankan polisi adalah tiga pistol rakitan jenis revolver, dua pistol jenis FN, 50 butir peluru, enam selongsong peluru, satu proyektil, 16 telepon seluler, dua sepeda motor curian, dan empat buah penutup kepala (sebo). Dari penyidikan tim Jatanras, semua senjata itu pernah dipakai Mudakir dkk saat beraksi di Kalimantan. Mereka akan dikenai pasal berlapis tentang pencurian dengan kekerasan serta kepemilikan senjata api dan bahan peledak. “Ancaman hukumannya 9 dan 20 tahun penjara,” ujar Gagas.
Sementara itu, Warso dan tiga anggota komplotan Mudakir diciduk dan harus meringkuk di sel tahanan Polda Jawa Tengah. Ketiganya adalah Fajar Wiyoto, sopir mobil Toyota Avanza yang menjemput Mudakir dkk setelah merampok di Cilacap, serta Sujiyanto, 31 tahun, dan Suratno, 46 tahun, asal Grobogan, Jawa Tengah. Turut ditangkap pada hari yang sama dari tempat lain adalah Sudarso, 46 tahun, warga Desa Sumber Jatipohon RT 3 RW 6, Kabupaten Grobogan. Dari dia disita satu pistol rakitan dan lima butir peluru. “Tiga pelaku lain (NDO, DAR, dan NANA) yang ikut merampok di Cilacap jadi buron,” tutur Gagas.
Polisi menunjukkan sejumlah barang bukti dari Mudakir dkk.
Secara terpisah, Fajar mengaku hadir di kediaman Warso hari itu untuk mengikuti pemaparan rencana perampokan toko emas di pasar sekitar Purwodadi. Rencananya, perampokan akan dilakukan pada Minggu, 10 Januari, sekitar pukul 10.00 WIB. “Saya bagian jemput seperti di Cilacap. Saya akan dapat bagian Rp 5 juta," ujarnya.
Setelah merampok di Cilacap, mereka berkumpul di suatu tempat di Wonosobo. Di sana mereka menjual emas yang sebenarnya bernilai Rp 223 juta dengan harga Rp 130 juta. Uang hasil penjualan emas rampokan dibagi, lalu mereka berpencar untuk menghilangkan jejak.
Warso mengaku mengenal Mudakir saat tengah kongko di warung sepekan sebelum mereka digerebek polisi. Dari obrolan ngalor-ngidul itu, ia tak keberatan saat Mudakir meminta izin menginap di rumahnya selama dua malam. “Saya ketua RT, jadi tidak perlu izin siapa-siapa kalau mau menginap," ujar Warso ketika ditemui wartawan di Markas Polda Jawa Tengah, 23 Januari lalu.
Reporter: Angling Adhitya Purbaya (Semarang)
Penulis: Rizal Maslan
Editor: Sudrajat
Rubrik Crime Story mengulas kasus-kasus kriminal yang menghebohkan, dikemas dalam bahasa bercerita atau bertutur, dilengkapi dengan gambar ilustrasi yang menarik.